Sa'id bin 'Amir adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw yang utama. Dia sangat bertakwa dan tidak menonjolkan diri. Sa'id memeluk Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Sejak itu, dia selalu menyertai Rasulullah saw dalam setiap perjuangan dan jihad.
Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar bin Khattab, Sa'id dipilih sebagai pemimpin kota Homs. Pada awalnya, Sa'id menolak jabatan tersebut, tetapi khalifah Umar tetap memaksa dan meyakinkannya karena Umar yakin sekali dengan pilihannya. Karena itu berangkatlah Sa'id ditemani istrinya.
Selama memegang jabatan, Sa'id memimpin dengan adil dan selalu memberi teladan yang baik kepada rakyatnya. Karena itu, warga Homs menaati dan menghormati Sa'id. Namun, bagaimanapun cintanya warga Homs menaati dan menghormati Sa'id, ada beberapa warga yang mengeluhkan kepemimpinannya. Mari kita ikuti kisahnya.
Ketika Khalifah Umar berkunjung ke Homs, dia bertanya kepada penduduk yang sedang berkumpul,"Bagaimana pendapat kalian tentang Sa'id?"
Para penduduk berunding, lalu majulah salah seorang yang bertindak sebagai juru bicara mereka, " Ada empat hal yang hendak kami kemukakan:
1. dia baru keluar menemui kami setelah matahari tinggi
2. dia tidak melayani seorang pun di malam hari
3. setiap bulan, ada dua hari yang dia tidak keluar menemui kami, dan
4. ada satu hal lagi yang sebetulnya bukan kesalahannya, tapi mengganggu kami. Sewaktu-waktu dia jatuh pingsan."
Umar tertunduk sebentar merenungkan ucapan warga Homs. Lalu dia berdoa, "Ya Allah, hamba tahu bahwa Sa'id adalah hamba-Mu yang baik, maka hamba harap firasat terhadap dirinya tidak meleset." Selanjutnya, Umar menemui Sa'id untuk menanyakan hal tersebut.
"Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tidak keluar sebelum matahari tinggi, demi Allah, sebetulnya saya tak ingin menyebutkannya. Keluarga kami tak mempunyai pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram. Lalu saya membuat roti. Kemudian saya berwudhu untuk sholat Dhuha. Setelah itu, barulah saya keluar menemui mereka,"kata Sa'id.
Khalifah Umar mengangguk-anggukkan kepala. Wajahnya mulai berseri-seri mendengar jawaban Sa'id. "Lalu, bagaimana dengan lainnya?"lanjut Khalifah Umar.
"Adapun tuduhan mereka bahwa saya tidak mau menemui warga di waktu malam, demi Allah, saya benci menyebutkan sebabnya. Saya menyediakan siang hari bagi mereka dan menyediakan malam hari bagi Allah swt. Mengenai; ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan saya tidak mau menemui mereka, sebabnya sama seperti yang saya katakan tadi. Saya tidak mempunyai pelayan untuk mencucikan pakaian sedangkan pakaian saya tidak banyak. Jadi terpaksa saya menucinya dan menunggu hingga kering. Saya baru dapat keluar di waktu petang. Kemudian tentang keluhan mereka bahwa sewaktu-waktu saya jatuh pingsan sebabnya adalah ketika di Makkah dulu, saya menyaksikan tersungkurnya Khubaib Al-Anshari. Dia disiksa oleh orang Quarisy dan mereka membawanya dengan tandu sambil bertanya,' Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sementara kamu berada dalam keadaan sehat walafiat?'Jawab Khubaib,'Demi Allah, aku tak ingin berada di lingkungan yang anak istriku diliputi keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana walaupun hanya tusukan duri,'Setiap terkenang peristiwa itu, tubuh saya gemetar karena takut azab Allah. Ketika itu, saya masih dalam keadaan musyrik. Saya teringat bagaimana saya berpangku tangan tak melakukan pertolongan kepada Khubaib,"ucap Sa'id mengakhiri jawabnnya dengan air mata berlinang.
Khalifah Umar tak kuasa menahan haru,"Alhamdulillah karena dengan taufik-Nya, firasatku tidak meleset."
Sa'id bin 'Amir sungguh seorang yang bertakwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar